Banyak dari kita yang saat ingin memulai bisnis kuliner, seringkali terjebak pada satu kesalahan klasik. Kita menemukan sebuah ruko atau tempat yang disewakan, kelihatannya bagus, harganya masuk akal, lalu kita langsung jatuh cinta. Kita sudah membayangkan di mana meja kasir akan diletakkan, di sudut mana bar kopi akan dibangun, tanpa benar-benar berhenti sejenak untuk ‘berkenalan’ dengan lingkungan di sekitarnya. Padahal, memilih lokasi untuk restoran itu mirip seperti memilih tanah untuk menanam benih. Benih konsep restoran kita mungkin luar biasa, tapi jika tanahnya tidak cocok, ia akan sulit sekali untuk tumbuh subur. Lokasi bukan hanya sekadar alamat, ia adalah ekosistem yang akan menentukan separuh dari nasib bisnis kita.
Jadi, sebelum Anda terlanjur menandatangani surat perjanjian sewa, coba ajak diri Anda untuk menjadi seorang detektif. Tugas pertama adalah mengamati “arus kehidupan” di sekitar calon lokasi Anda. Coba habiskan waktu di sana, bukan hanya sekali, tapi di waktu yang berbeda-beda. Pagi hari, siang saat jam makan, sore hari, dan terutama di akhir pekan. Lihatlah, siapa yang lalu-lalang di depan lokasi itu? Apakah tempatnya mudah terlihat dari jalan raya, atau tersembunyi di dalam gang yang sepi? Aksesibilitas itu kunci. Tempat yang hebat sekalipun akan percuma jika orang malas mengunjunginya karena harus berjuang melawan macet atau putaran balik yang jauhnya bukan main.

Setelah mengamati arusnya, coba lihat siapa saja “tetangga” Anda. Adanya kompetitor di sekitar jangan langsung membuat Anda mundur. Kadang, berada di area yang sudah dikenal sebagai pusat kuliner justru bisa mendatangkan keuntungan karena pengunjung memang datang ke sana untuk mencari makan. Pertanyaannya menjadi, apakah konsep unik Anda bisa bersinar di antara mereka, atau justru akan tenggelam? Jika Anda membuka kedai kopi dengan konsep tenang untuk bekerja, mungkin kurang cocok jika bersebelahan dengan tempat karaoke yang ramai. Keselarasan dengan lingkungan sekitar akan membantu membentuk karakter restoran Anda secara alami.
Sekarang, mari kita bicara tentang hal yang sering dianggap sepele tapi sebenarnya krusial, terutama di kota-kota besar: parkir. Mungkin terdengar klise, tapi kemudahan parkir bisa menjadi penentu utama seseorang jadi mampir atau tidak. Pelanggan yang harus berputar-putar tiga kali hanya untuk mencari tempat parkir, seringkali sudah kehilangan selera makannya bahkan sebelum turun dari mobil. Jika lokasi Anda tidak memiliki lahan parkir sendiri, coba lihat apakah ada solusi di sekitarnya? Apakah ada lahan parkir umum yang dekat, atau apakah situasi jalanan memungkinkan untuk parkir di bahu jalan tanpa mengganggu lalu lintas? Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah tempat parkir yang nyaman.
Terakhir, setelah semua data dan observasi logis terkumpul, dengarkan intuisi Anda. Apakah tempat ini terasa ‘klik’ dengan jiwa dari bisnis yang ingin Anda bangun? Lokasi untuk restoran bukan hanya soal hitung-hitungan di atas kertas. Ia punya energi. Tempat yang tepat akan terasa seperti rumah bagi konsep Anda. Ia akan melengkapi cerita yang ingin Anda sampaikan kepada setiap pelanggan yang datang. Memilih lokasi untuk restoran adalah sebuah perkawinan antara analisis yang cermat dan perasaan yang pas. Karena pada akhirnya, lokasi yang tepat bukan hanya tempat Anda menjual makanan, tapi adalah panggung di mana cerita bisnis Anda menemukan rumahnya dan mulai bertumbuh.