Setelah melewati perjalanan panjang mencari lokasi usaha kuliner yang sempurna, akhirnya Anda menemukannya. Tempat itu seakan memanggil-manggil nama bisnis impian Anda. Pemiliknya pun ramah, harga sewanya cocok, dan Anda sudah tidak sabar untuk segera memulai renovasi. Lalu, datanglah momen itu. Pemilik tempat menyodorkan beberapa lembar kertas yang penuh dengan tulisan-tulisan kecil dan meminta Anda untuk menandatanganinya. Itulah dia, surat perjanjian sewa. Seringkali, karena terlalu bersemangat, kita hanya membaca sekilas, fokus pada angka harga sewa dan tanggal jatuh tempo, lalu langsung membubuhkan tanda tangan. Padahal, dokumen di tangan Anda itu bukanlah sekadar formalitas, ia adalah peta sekaligus perisai yang akan menentukan nasib dan ketenangan Anda selama bertahun-tahun ke depan.
Tentu, kita semua pasti akan memeriksa hal-hal dasar seperti berapa lama jangka waktu sewa dan berapa biayanya. Tapi, sebuah surat perjanjian sewa yang baik itu jauh lebih dalam dari itu, terutama untuk bisnis kuliner yang punya banyak kebutuhan khusus. Coba perhatikan baik-baik bagian yang membahas tentang renovasi. Ini sangat krusial. Apakah Anda diizinkan untuk mengubah tata letak ruangan, membobol dinding untuk konsep dapur terbuka, atau memasang sistem pembuangan asap dapur restoran yang besar? Lebih penting lagi, bagaimana nasib renovasi itu saat masa sewa berakhir? Apakah semua instalasi permanen itu otomatis menjadi milik tuan rumah, atau Anda punya hak untuk mengambilnya kembali? Membicarakan ini di awal akan menyelamatkan Anda dari sengketa besar di kemudian hari.

Selanjutnya, pastikan ada klausul yang dengan jelas menyatakan bahwa tempat tersebut disewakan untuk tujuan “usaha restoran” atau “Coffe Shop“. Ini mungkin terdengar sepele, tapi ini adalah perlindungan hukum Anda jika suatu saat ada tetangga yang mengeluh atau pihak berwenang mempertanyakan peruntukan bangunan. Jangan lupakan juga untuk melihat bagian tentang perpanjangan kontrak. Apakah Anda akan diberi prioritas untuk memperpanjang sewa? Apakah ada batasan kenaikan harga sewa di masa perpanjangan nanti? Memiliki kepastian akan masa depan lokasi adalah hal yang sangat berharga. Bayangkan betapa menyakitkannya jika setelah restoran Anda ramai, Anda terpaksa harus pindah karena pemilik punya rencana lain dan Anda tidak punya hak untuk memperpanjang.
Ada baiknya juga untuk memperjelas siapa yang bertanggung jawab atas apa. Siapa yang menanggung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahunnya? Jika atap bocor atau ada kerusakan struktural besar, apakah itu menjadi tanggung jawab pemilik atau penyewa? Bagaimana dengan biaya-biaya lain seperti iuran keamanan atau kebersihan lingkungan? Semua hal ini, jika tidak dituliskan dengan jelas, berpotensi menjadi sumber perdebatan yang menguras energi dan uang. Jangan ragu untuk bertanya dan meminta setiap kesepakatan verbal untuk dituliskan ke dalam perjanjian. Perkataan bisa terlupakan, tapi tulisan hitam di atas putih memiliki kekuatan hukum.
Membaca dokumen legal memang bisa melelahkan, tapi anggaplah ini adalah bagian dari pekerjaan rumah terpenting Anda. Jika memungkinkan, mintalah seorang teman yang lebih berpengalaman dalam bisnis atau bahkan seorang ahli hukum untuk membacanya juga. Sepasang mata kedua seringkali bisa melihat hal-hal yang mungkin kita lewatkan. Surat perjanjian sewa yang baik bukanlah yang menguntungkan satu pihak, tapi yang adil dan melindungi kedua belah pihak. Saat Anda menandatanganinya, Anda seharusnya tidak merasa was-was, melainkan merasa aman dan percaya diri, karena rumah bagi bisnis Anda kini telah dilindungi oleh sebuah kesepakatan yang jelas dan kokoh.